LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
PENETAPAN KADAR PARACETAMOL DENGAN
METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS
|
Di
susun oleh:
ANNISA NUR’AINI (006)
ARTA NOVALIA (007)
ARY CAHAYA PRATIWI (008)
Lokal:
2A
POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
JURUSAN FARMASI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik
dan antipiretik
yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala,
sengal-sengal dan sakit ringan, serta demam. Digunakan dalam
sebagian besar resep obat
analgesik
selesma dan flu. Ia aman dalam dosis
standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis
obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.
Berbeda dengan obat analgesik
yang lain seperti aspirin
dan ibuprofen,
parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong
dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal,
parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau mengganggu gumpalan darah, ginjal, atau duktus arteriosus pada janin.
Menurut FI III halaman 37 identifikasi paracetamol dapat di lakukan
dengan cara : lautkan 100 mg dalam 10 mL
air , tambahkan 0,05 mL larutamn besi (III) klorida P, terjadi warna ungu
violet
Sedangkan untuk penetapan kadar menurut FI III halaman 38 dapat dilalukan
dengan cara tibang seksama sejumlah serbuk sebanyak 150 mg tambahkan 50 ml
natrium hidroksida 0,1N, encerkan dengan 100 mL air kocok selama 15 menit,
tambahkan air secukupnya hingga 20 mL, campur, saring, encerkan 100 mL filtrat
dengan air secukupnya sampai 100 mL. Pada
10 ml tambahkan natrium hidroksida0,1N 10mL. Encerkan dengan air secukupnya
hingga 100mL. Hitung serapan 1 cm larutan pada maksimum lebih kurang 257 nm, A
(1%,1cm) pada maksimum lebih kurang 257
nm adalah 715.
Berdasarkan uraian di atas maka di ketahui paracetamol dapat di tetapkan
kadarnya secara spektrofotometri, makadari itu pada praktikum yang kami
lakukan kami menggunakan metode
spektrofotometri yang di sesuaikang dengan kondisi di laboratorium.
I.2 TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan
paraktikum yang kami lakukan ialah untuk:
1.
Menentukan absorbansi paracetamol
2.
Menentukan kurva kalibrasi
3.
Menentukan kadar sampel Paracetamol
I.3 WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM
Praktikum dilakukan pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 7 Mei 2014
Tempat :
Laboratorium Fisika Farmasi, Poltekkes Jakarta II jurusan Farmasi
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1
PEMERIAN PARACETAMOL
(berdasarkan
FI III halaman 37)
Paracetamol
mempunyai namalain Acetaminofen/ Acetaminophenum.
Pemerian:
hablur atau serbuk berwarna putih, tidak ber bau dan berasa pahit
Kelarutan
: larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)P, dalam 13 bagian
etanol P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian plopilenglikol p, larut
dalam alkali hidroksida.
Penyimpanan:
dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Khasiat
dan penggunaan: analgetikum dan antipiretikum
II.2 SPEKTROFOTOMETRI
Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang
penggunaan spektrofotometer. Spektriofotometer adalah alat yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer. Spektofotometer adalah alat yang digunakan
untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan,
direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau yang diabsorpsi.
Spektrofotometer sesuai
dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu
dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau
yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara
relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan
sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan
fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan
ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis.
Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh
dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi
melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak
mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan
suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer,
panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan
alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari
sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk
larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi
antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar SM,1990).
2.2
Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis
spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet
dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen
spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang
cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis
lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Spektroskopi UV/VIS merupakan metode penting yang
mapan, andal dan akurat. Dengan menggunakan spektroskopi UV/VIS, substansi tak
dikenal dapat diidentifikasi dan konsentrasi substansi yang dikenal dapat
ditentukan. Pelarut untuk spektroskopi UV harus memiliki sifat pelarut yang
baik dan memancarkan sinar UV dalam rentang UV yang luas.
Spektrofotometer Uv-Vis adalah alat yang digunakan
untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai
fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan
alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan
sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi
spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika
energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi
dari panjang gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum
sinar tampak yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur
perbedaan absorbsi antara cuplikan dengan blanko ataupun pembanding.
Spektrofotometer Uv-Vis merupakan spektrofotometer
yang digunakan untuk pengukuran didaerah ultra violet dan didaerah tampak.
Semua metode spektrofotometri berdasarkan pada serapan sinar oleh senyawa yang
ditentukan, sinar yang digunakan adalah sinar yang semonokromatis mungkin.
Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah
salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa
suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya dalam
menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal
preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa.
Spektrofotometri UV/Vis melibatkan energi elektronik
yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spetrofotometer UV/Vis
lebih banyak dpakai ntuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif.
Spektrofotometri UV-vis adalah pengukuran serapan
cahaya di daerah ultraviolet (200–350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh
suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi
elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang
berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi.
2.3
Absorbsi
Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisi
elektronik, yaitu promosi electron-electron dari orbital keadaan dasar yang
berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Energi
yang terserap kemudian terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi
kimia. Absorbsi cahaya tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan energi
elektronik sebuah molekul, artinya energi yang disumbangkan oleh foton-foton
memungkinkan electron-electron itu mengatasi kekangan inti dan pindah ke luar
ke orbital baru yag lebih tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap
radiasi dalam daerah UV-tampak karena mereka mengandung electron, baik sekutu
maupun menyendiri, yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Absorbsi untuk transisi electron seharusnya tampak
pada panjang gelombang diskrit sebagai suatu spectrum garis atau peak tajam
namun ternyata berbeda. Spektrum UV maupun tampak terdiri dari pita absorbsi,
lebar pada daerah panjang gelombang yang lebar. Ini disebabkan terbaginya
keadaan dasar dan keadaan eksitasi sebuah molekul dalam subtingkat-subtingkat
rotasi dan vibrasi. Transisi elektronik dapat terjadi dari subtingkat apa saja
dari keadaan dasar ke subtingkat apa saja dari keadaan eksitasi. Karena berbagi
transisi ini berbeda energi sedikit sekali, maka panjang gelombang absorpsinya
juga berbeda sedikit dan menimbulkan pita lebar yang tampak dalam spectrum itu.
Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta
yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang
mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur
molekul, dan panjang gelombang radiasi. Satuan a ditentukan oleh
satuan-satuan b dan c. Jika satuan c dalam molar (M) maka
absorptivitas disebut dengan absorptivitas molar dan disimbolkan dengan ε
dengan satuan M -1cm-1 atau liter.mol-1cm-1.
Jika c dinyatakan dalam persen berat/volume (g/100mL) maka absorptivitas
dapat ditulis dengan E1%1cmA1%1cm
(Gandjar dan Rohman, 2007).
2.4
Cara kerja spektrofotometer
Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah
sebagai berikut. Tempatkan larutan pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama
sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih foto sel
yang cocok 200nm-650nm (650nm-1100nm) agar daerah λ yang diperlukan dapat
terliputi. Dengan ruang foto sel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer
didapat dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan,
buka fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blangko dan “nol” galvanometer
didapat dengan memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol
transmitansi, kemudian atur besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya pada
larutan sampel yang akan dianalisis. Skala absorbansi menunjukkan absorbansi
larutan sampel.
2.5
Keuntungan Spektrofotometer
Keuntungan dari spektrofotometer adalah yang pertama
penggunaannya luas, dapat digunakan untuk senyawa anorganik, organik dan
biokimia yang diabsorpsi di daerah ultra lembayung atau daerah tampak. Kedua
sensitivitasnya tinggi, batas deteksi untuk mengabsorpsi pada jarak 10-4 sampai
10-5 M. Jarak ini dapat diperpanjang menjadi 10-6 sampai 10-7 M dengan prosedur
modifikasi yang pasti. Ketiga selektivitasnya sedang sampai tinggi, jika
panjang gelombang dapat ditemukan dimana analit mengabsorpsi sendiri, persiapan
pemisahan menjadi tidak perlu. Keempat, ketelitiannya baik, kesalahan relatif
pada konsentrasi yang ditemui dengan tipe spektrofotometer UV-Vis ada pada
jarak dari 1% sampai 5%. Kesalahan tersebut dapat diperkecil hingga beberapa
puluh persen dengan perlakuan yang khusus. Dan yang terakhir mudah,
spektrofotometer mengukur dengan mudah dan kinerjanya cepat dengan instrumen
modern, daerah pembacaannya otomatis (Skoog, DA, 1996).
2.6
Komponen-komponen Pada spektrofotometer
Yang pertama adalah sumber cahaya, Sebagai sumber
cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil
dan intensitasnya tinggi.Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak,
ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan
kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu
pijar biasa, daerah panjanggelombang ( λ) adalah 350 – 2200 nanometer (nm).
sumber cahaya ini digunakan untuk radiasi kontinyu:
·
Untuk daerah UV dan daerah tampak
·
Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan
Tabel 5. Spektrum cahaya tampak (visible
Hal kedua yang diperlukan adalah pembaur cahaya yang kerennya
disebut monokromator yang di video memberikan sinar pelangi, karena dari sana
lah kemudian kita bisa memilih panjang gelombang yang diinginka/diperlukan.
Pada video yang diperlihatkan sinar tampak atau untuk spektro visible, tapi
untuk UV pun kerjanya sama, hanya saja tidak akan terlihat oleh mata kita.
Hal ketiga adalah tempat sampel atau kuvet, pada
praktikum tempat meletakan kuvet ada dua karena alat yang dipakai tipe double
beam, disanalah kita menyimpan sample dan yang satu lagi untuk blanko. Pada
pengukuran di daerah sinar tampak digunakan kuvet kaca dan daerah UV digunakan
kuvet kuarsa serta kristal garam untuk daerah IR.
Keempat adalah detektor atau pembaca cahaya yang
diteruskan oleh sampel, disini terjadi pengubahan data sinar menjadi angka yang
akan ditampilkan pada reader (komputer). Komponen lain yang nampak penting
adalah cermin-cermin dan tentunya slit (celah kecil) untuk membuat sinar
terfokus dan tidak membaur tentunya, jadi satu hal penting dalam pekerjaan
dengan spektrofotometer Uv-Vis adalah harus dihindari adanya cahaya yang masuk
ke dalam alat, biasanya pada saat menutup tenpat kuvet, karena bila ada cahaya
lain otomatis jumlah cahaya yang diukur menjadi bertambah.
2.6 Tipe Instrumen Spektrofotometer
Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen
spektrofotometer, yaitu single-beam dan double-beam. gambar Single-beam
instrument dan Double-beam instrument
1. Single-beam instrument
Single-beam instrument dapat digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur
absorbansi pada panjang gelombang tunggal. Single-beam instrument mempunyai
beberapa keuntungan yaitu sederhana, harganya murah, dan mengurangi biaya yang
ada merupakan keuntungan yang nyata. Beberapa instrumen menghasilkan single-beam
instrument untuk pengukuran sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang
gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800
sampai 1000 nm (Skoog, DA, 1996).
2. Double-beam instrument
Double-beam
dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190 sampai 750 nm. Double-beam
instrument dimana mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin
yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati larutan
blangko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel, mencocokkan foto
detektor yang keluar menjelaskan perbandingan yang ditetapkan secara elektronik
dan ditunjukkan oleh alat pembaca (Skoog, DA, 1996).
BAB III
ISI dan KEGIATAN PRAKTIKUM
III.1
ALAT dan BAHAN
III.1.1 Alat : 1. Spektrofotometer
2. Labu Ukur 100mL
3. Pipet Volume
4. Erlenmeyer
5. beaker glass
6. kaca arloji
7. Corong
8. kertas Saring
9. Tissue
10. botol semprot
11. pipet tetes
2. Labu Ukur 100mL
3. Pipet Volume
4. Erlenmeyer
5. beaker glass
6. kaca arloji
7. Corong
8. kertas Saring
9. Tissue
10. botol semprot
11. pipet tetes
III.1.2
BAHAN: 1. HCL 0,1 N 1000Ml
2. PCT baku murni
3. PCT sampel
2. PCT baku murni
3. PCT sampel
III.2 CARA KERJA
A. Penentuan
absorbansi dan panjang gelombang max PCT baku murni:
1. Timbang
seksama 100mg PCT murni, masukkan kedalam labu ukur 100 mL, + HCl 0,1 N ad
tanda batas
2. Dari
larutan baku induk, pipet 10mL dengan pipet volume, kemudian masukkan kedalam
labu ukur 100 ml ad kan dengan HCL 0,1N
3. Ukur
absorbansi larutan tersebut pada spektrofotomerti. Pada λ 235- 255 untuk
menentukan λ max
4. Tetapkan
λ max-nya
B. penentuan
kurva kalibrasi PCT baku murni
1.
dari larutan induk baku murni, buat 5
seri larutan dengan konsentrasi berbeda dengan rumus A= a.b.c
2.
pipet dari larutan induk baku murni
dengan volume masing-masing konsentrasi, masukkan kedalam labu ukur 100mL + HCl
0,1N ad tanda batas
3.
ukur absorbansi masing-masing larutan
pada panjang gelombang yang telah di tetapkan sebelumnya
C. penentuan
kadar sampel PCt
1.
Timbang seksama 100mg sampel, masukkan
kedalam beaker gelas, larutkan dengan aquadest ad 100 ml à
sebagai larutan sampel induk
2.
Dari larutan sampel induk pipet 2mL
kedalam labu ukur tambahkan HCl 0,1N ad 100mL
3.
Ukur absorbansi sampel pada panjang
gelombang maksimal, dengan HCL 0,1N sebagai blangko
4.
Hitung kadar PCT sampel
BAB
IV
HASIL
dan PEMBAHASAN
IV.1
HASIL
Menurut
clark’s (clarkes hal 849), PCT à λ max=245nm; Ao = 668
Syarat
absorbansi= 0,15-0,85 = 1mg/l =1 µg/mL
Ao=
0; C= 1% à 1g/100mL = 1.000.000 mg/100mL = 10.000 µg/mL= 104ppm
A =a.b.c
668 = a.1.10000
= 0,0668
668 = a.1.10000
= 0,0668
* untuk abs 0,15 à 0,15 = 0,0668.1.c
c = 2,245 ppm ~ 3ppm
c = 2,245 ppm ~ 3ppm
* untuk abs 0,85 à 0,85 = 0,0668.1.c
c = 12,724 ppm ~ 13ppm
c = 12,724 ppm ~ 13ppm
Maka,
dengan demikian dibuat larutan deret standar dengan rentang konsentrasi 3ppm-
13 ppm
Ø
Membuat
pelarut HCL 0,1 N dari sediian 2N
V1. N1 = V2. N2
1000mL. 0,1 N = V2. 2N
V2 = 50 mL
Ø
Larutan
Induk PCT = 100mg/1000mg = 1000ppm
di encerkan menjadi 100ppm= pipet 10mL, masukkan ke labu ukur 100mL, adkan dengan HCl 0,1N kemudian buat 5 seri deret baku : 2ppm; 4ppm; 6ppm; 8ppm; 10ppm
di encerkan menjadi 100ppm= pipet 10mL, masukkan ke labu ukur 100mL, adkan dengan HCl 0,1N kemudian buat 5 seri deret baku : 2ppm; 4ppm; 6ppm; 8ppm; 10ppm
Ø
Menentukan
λ maksimal dengan menggunakan 6ppm
λ
(nm)
|
Abs
(absorbansi)
|
235
|
0,341
|
236
|
0,344
|
237
|
0,348
|
238
|
0,351
|
239
|
0,332
|
240
|
0,337
|
241
|
0,340
|
242
|
0,341
|
243
|
0,355
|
244
|
0,357
|
245
|
0,353
|
246
|
0,348
|
247
|
0,341
|
248
|
0,334
|
249
|
0,324
|
λ
(nm)
|
Abs
(absorbansi)
|
250
|
0,316
|
251
|
0,287
|
252
|
0,284
|
253
|
0,282
|
254
|
0,271
|
255
|
0,241
|
C
|
Abs
|
2ppm
|
0,099
|
4ppm
|
0,229
|
6ppm
|
0,357
|
8ppm
|
0,455
|
10ppm
|
0,569
|
Ø
Absorbansi
deret standar dengan λ= 244nm
Nilai A =
0,008
B = 0,0583
r = 0,9986
B = 0,0583
r = 0,9986
C
|
Abs
|
I
|
0,181
|
II
|
0,182
|
III
|
0,182
|
Rata-rata
|
0,1816
|
Ø Absorbansi sampel dengan λ= 244nm
Ø Y = a+
bx
0,1816 = 0,008 + 0,0583x
0,0583x = 0,1736
x = 2,977 ppm
= 0,02977 mg/ mL
0,1816 = 0,008 + 0,0583x
0,0583x = 0,1736
x = 2,977 ppm
= 0,02977 mg/ mL
Ø Kadar sampel
Fp = (100 : 2) x 100 = 5000
Fp = (100 : 2) x 100 = 5000
% kadar = x 100%
= x100% = 14,885 %
IV.2
PEMBAHASAN
Percobaan kali ini adalah menetapkan
kadar sampel PCT. Metode yang digunakan adalah spektrofotometri UV-Vis. Setelah
di dapat λ max dan membuat kurva kalibrasi PCT, kami pun segera melakukan
perbandingan terhadap sampel PCt yang ada untuk mendapat kadar sampel
sesungguhnya. Penetapan panjang gelombang maksimal hendaknya harus tepat karena
dapat mempengaruhi hasil analisa.
BAB
V
KESIMPULAN
dan SARAN
V.1 KESIMPULAN
1. Absorbansi PCT = 0,357 pada λ max= 244nm
2. Absorbansi deret standar
C
|
Abs
|
2ppm
|
0,099
|
4ppm
|
0,229
|
6ppm
|
0,357
|
8ppm
|
0,455
|
10ppm
|
0,569
|
3. Kadar
sampel = 14,885 %
V.2 SARAN
Untuk praktikum selanjutnya hendaknya
dilakukan dengan lebih teliti dan akurat.
Pemakaian alat-alat untuk praktikum
hendaknya di bilas dahulu dengan aquades atau pun pelarut dari bahan yang akan
di uji.
Penggunaan APD (alat pelindung diri)
seperti jas lab dan masker juga harus di pergunakan karena untuk melindungi
praktikan dari zat-zat kimia berbahaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar