Jumat, 06 Juni 2014



LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
PENETAPAN KADAR PARACETAMOL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS



 








Di susun oleh:
ANNISA NUR’AINI (006)
ARTA NOVALIA (007)
ARY CAHAYA PRATIWI (008)
Lokal: 2A


POLTEKKES KEMENKES JAKARTA II
JURUSAN FARMASI
2014

BAB I
PENDAHULUAN

I.1  LATAR BELAKANG
Parasetamol atau asetaminofen adalah obat analgesik dan antipiretik yang populer dan digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal dan sakit ringan, serta demam. Digunakan dalam sebagian besar resep obat analgesik selesma dan flu. Ia aman dalam dosis standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering terjadi.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID. Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau  mengganggu gumpalan darah, ginjal, atau duktus arteriosus pada janin.
Menurut FI III halaman 37 identifikasi paracetamol dapat di lakukan dengan cara : lautkan 100 mg  dalam 10 mL air , tambahkan 0,05 mL larutamn besi (III) klorida P, terjadi warna ungu violet
Sedangkan untuk penetapan kadar menurut FI III halaman 38 dapat dilalukan dengan cara tibang seksama sejumlah serbuk sebanyak 150 mg tambahkan 50 ml natrium hidroksida 0,1N, encerkan dengan 100 mL air kocok selama 15 menit, tambahkan air secukupnya hingga 20 mL, campur, saring, encerkan 100 mL filtrat dengan  air secukupnya sampai 100 mL. Pada 10 ml tambahkan natrium hidroksida0,1N 10mL. Encerkan dengan air secukupnya hingga 100mL. Hitung serapan 1 cm larutan pada maksimum lebih kurang 257 nm, A (1%,1cm) pada maksimum lebih kurang  257 nm adalah 715.
Berdasarkan uraian di atas maka di ketahui paracetamol dapat di tetapkan kadarnya secara spektrofotometri, makadari itu pada praktikum yang kami lakukan  kami menggunakan metode spektrofotometri yang di sesuaikang dengan kondisi di laboratorium.
I.2 TUJUAN PRAKTIKUM
Tujuan paraktikum yang kami lakukan ialah untuk:
1.            Menentukan absorbansi paracetamol
2.            Menentukan kurva kalibrasi
3.            Menentukan kadar sampel Paracetamol

I.3 WAKTU DAN TEMPAT PRAKTIKUM
Praktikum dilakukan pada:
Hari          : Rabu
Tanggal    : 7 Mei 2014
Tempat     : Laboratorium Fisika Farmasi, Poltekkes Jakarta II jurusan Farmasi






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 PEMERIAN PARACETAMOL
(berdasarkan FI III halaman 37)
*   Paracetamol mempunyai namalain Acetaminofen/ Acetaminophenum.
*   Pemerian: hablur atau serbuk berwarna putih, tidak ber bau dan berasa pahit
*   Kelarutan : larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%)P, dalam 13 bagian etanol P, dalam 40 bagian gliserol P dan dalam 9 bagian plopilenglikol p, larut dalam alkali hidroksida.
*   Penyimpanan: dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
*   Khasiat dan penggunaan: analgetikum dan antipiretikum

II.2 SPEKTROFOTOMETRI
Spektrofotometri adalah ilmu yang mempelajari tentang penggunaan spektrofotometer. Spektriofotometer adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.
     Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih lebih dapat terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding (Khopkar SM,1990).
2.2     Spektrofotometer UV-Vis
Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif.
Spektroskopi UV/VIS merupakan metode penting yang mapan, andal dan akurat. Dengan menggunakan spektroskopi UV/VIS, substansi tak dikenal dapat diidentifikasi dan konsentrasi substansi yang dikenal dapat ditentukan. Pelarut untuk spektroskopi UV harus memiliki sifat pelarut yang baik dan memancarkan sinar UV dalam rentang UV yang luas.
Spektrofotometer Uv-Vis adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitansi, reflektansi dan absorbsi dari cuplikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang sinambung dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi antara cuplikan dengan blanko ataupun pembanding.
Spektrofotometer Uv-Vis merupakan spektrofotometer yang digunakan untuk pengukuran didaerah ultra violet dan didaerah tampak. Semua metode spektrofotometri berdasarkan pada serapan sinar oleh senyawa yang ditentukan, sinar yang digunakan adalah sinar yang semonokromatis mungkin.
Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible) adalah salah satu dari sekian banyak instrumen yang biasa digunakan dalam menganalisa suatu senyawa kimia. Spektrofotometer umum digunakan karena kemampuannya dalam menganalisa begitu banyak senyawa kimia serta kepraktisannya dalam hal preparasi sampel apabila dibandingkan dengan beberapa metode analisa.
Spektrofotometri UV/Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spetrofotometer UV/Vis lebih banyak dpakai ntuk analisis kuantitatif dibanding kualitatif.
Spektrofotometri UV-vis adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet (200–350 nm) dan sinar tampak (350 – 800 nm) oleh suatu senyawa. Serapan cahaya uv atau cahaya tampak mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektron-elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi.
2.3     Absorbsi
Absorbsi cahaya UV-Vis mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi electron-electron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi lebih tinggi. Energi yang terserap kemudian terbuang sebagai cahaya atau tersalurkan dalam reaksi kimia. Absorbsi cahaya tampak dan radiasi ultraviolet meningkatkan energi elektronik sebuah molekul, artinya energi yang disumbangkan oleh foton-foton memungkinkan electron-electron itu mengatasi kekangan inti dan pindah ke luar ke orbital baru yag lebih tinggi energinya. Semua molekul dapat menyerap radiasi dalam daerah UV-tampak karena mereka mengandung electron, baik sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Absorbsi untuk transisi electron seharusnya tampak pada panjang gelombang diskrit sebagai suatu spectrum garis atau peak tajam namun ternyata berbeda. Spektrum UV maupun tampak terdiri dari pita absorbsi, lebar pada daerah panjang gelombang yang lebar. Ini disebabkan terbaginya keadaan dasar dan keadaan eksitasi sebuah molekul dalam subtingkat-subtingkat rotasi dan vibrasi. Transisi elektronik dapat terjadi dari subtingkat apa saja dari keadaan dasar ke subtingkat apa saja dari keadaan eksitasi. Karena berbagi transisi ini berbeda energi sedikit sekali, maka panjang gelombang absorpsinya juga berbeda sedikit dan menimbulkan pita lebar yang tampak dalam spectrum itu.
Absorptivitas (a) merupakan suatu konstanta yang tidak tergantung pada konsentrasi, tebal kuvet dan intensitas radiasi yang mengenai larutan sampel. Absorptivitas tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul, dan panjang gelombang radiasi. Satuan a ditentukan oleh satuan-satuan b dan c. Jika satuan c dalam molar (M) maka absorptivitas disebut dengan absorptivitas molar dan disimbolkan dengan ε dengan satuan M  -1cm-1 atau liter.mol-1cm-1. Jika c dinyatakan dalam persen berat/volume (g/100mL) maka absorptivitas dapat ditulis dengan E1%1cmA1%1cm (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.4  Cara kerja spektrofotometer
Cara kerja spektrofotometer secara singkat adalah sebagai berikut. Tempatkan larutan pembanding, misalnya blangko dalam sel pertama sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih foto sel yang cocok 200nm-650nm (650nm-1100nm) agar daerah λ yang diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang foto sel dalam keadaan tertutup “nol” galvanometer didapat dengan menggunakan tombol dark-current. Pilih h yang diinginkan, buka fotosel dan lewatkan berkas cahaya pada blangko dan “nol” galvanometer didapat dengan memutar tombol sensitivitas. Dengan menggunakan tombol transmitansi, kemudian atur besarnya pada 100%. Lewatkan berkas cahaya pada larutan sampel yang akan dianalisis. Skala absorbansi menunjukkan absorbansi larutan sampel.

2.5  Keuntungan Spektrofotometer
 Keuntungan dari spektrofotometer adalah yang pertama penggunaannya luas, dapat digunakan untuk senyawa anorganik, organik dan biokimia yang diabsorpsi di daerah ultra lembayung atau daerah tampak. Kedua sensitivitasnya tinggi, batas deteksi untuk mengabsorpsi pada jarak 10-4 sampai 10-5 M. Jarak ini dapat diperpanjang menjadi 10-6 sampai 10-7 M dengan prosedur modifikasi yang pasti. Ketiga selektivitasnya sedang sampai tinggi, jika panjang gelombang dapat ditemukan dimana analit mengabsorpsi sendiri, persiapan pemisahan menjadi tidak perlu. Keempat, ketelitiannya baik, kesalahan relatif pada konsentrasi yang ditemui dengan tipe spektrofotometer UV-Vis ada pada jarak dari 1% sampai 5%. Kesalahan tersebut dapat diperkecil hingga beberapa puluh persen dengan perlakuan yang khusus. Dan yang terakhir mudah, spektrofotometer mengukur dengan mudah dan kinerjanya cepat dengan instrumen modern, daerah pembacaannya otomatis (Skoog, DA, 1996).

2.6     Komponen-komponen Pada spektrofotometer
Yang pertama adalah sumber cahaya, Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi.Sumber energi cahaya yang biasa untuk daerah tampak, ultraviolet dekat, dan inframerah dekat adalah sebuah lampu pijar dengan kawat rambut terbuat dari wolfram (tungsten). Lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, daerah panjanggelombang ( λ) adalah 350 – 2200 nanometer (nm). sumber cahaya ini digunakan untuk radiasi kontinyu:
·         Untuk daerah UV dan daerah tampak
·         Lampu wolfram (lampu pijar) menghasilkan

Tabel 5. Spektrum cahaya tampak (visible
Hal kedua yang diperlukan adalah pembaur cahaya yang kerennya disebut monokromator yang di video memberikan sinar pelangi, karena dari sana lah kemudian kita bisa memilih panjang gelombang yang diinginka/diperlukan. Pada video yang diperlihatkan sinar tampak atau untuk spektro visible, tapi untuk UV pun kerjanya sama, hanya saja tidak akan terlihat oleh mata kita.
Hal ketiga adalah tempat sampel atau kuvet, pada praktikum tempat meletakan kuvet ada dua karena alat yang dipakai tipe double beam, disanalah kita menyimpan sample dan yang satu lagi untuk blanko. Pada pengukuran di daerah sinar tampak digunakan kuvet kaca dan daerah UV digunakan kuvet kuarsa serta kristal garam untuk daerah IR.
Keempat adalah detektor atau pembaca cahaya yang diteruskan oleh sampel, disini terjadi pengubahan data sinar menjadi angka yang akan ditampilkan pada reader (komputer). Komponen lain yang nampak penting adalah cermin-cermin dan tentunya slit (celah kecil) untuk membuat sinar terfokus dan tidak membaur tentunya, jadi satu hal penting dalam pekerjaan dengan spektrofotometer Uv-Vis adalah harus dihindari adanya cahaya yang masuk ke dalam alat, biasanya pada saat menutup tenpat kuvet, karena bila ada cahaya lain otomatis jumlah cahaya yang diukur menjadi bertambah.
2.6 Tipe Instrumen Spektrofotometer
Pada umumnya terdapat dua tipe instrumen spektrofotometer, yaitu single-beam dan double-beam. gambar Single-beam instrument dan Double-beam instrument
1.   Single-beam instrument
Single-beam instrument dapat digunakan untuk kuantitatif dengan mengukur absorbansi pada panjang gelombang tunggal. Single-beam instrument mempunyai beberapa keuntungan yaitu sederhana, harganya murah, dan mengurangi biaya yang ada merupakan keuntungan yang nyata. Beberapa instrumen menghasilkan single-beam instrument untuk pengukuran sinar ultra violet dan sinar tampak. Panjang gelombang paling rendah adalah 190 sampai 210 nm dan paling tinggi adalah 800 sampai 1000 nm (Skoog, DA, 1996).
2.   Double-beam instrument
Double-beam dibuat untuk digunakan pada panjang gelombang 190 sampai 750 nm. Double-beam instrument dimana mempunyai dua sinar yang dibentuk oleh potongan cermin yang berbentuk V yang disebut pemecah sinar. Sinar pertama melewati larutan blangko dan sinar kedua secara serentak melewati sampel, mencocokkan foto detektor yang keluar menjelaskan perbandingan yang ditetapkan secara elektronik dan ditunjukkan oleh alat pembaca (Skoog, DA, 1996).













BAB III
ISI dan KEGIATAN PRAKTIKUM

III.1 ALAT dan BAHAN
III.1.1  Alat :  1. Spektrofotometer      
2. Labu Ukur 100mL
3. Pipet Volume
4. Erlenmeyer
5. beaker glass
6. kaca arloji
7. Corong
8. kertas Saring
9. Tissue
10. botol semprot
11. pipet tetes

III.1.2 BAHAN: 1. HCL 0,1 N 1000Ml
2. PCT baku murni
3. PCT sampel

III.2 CARA KERJA
A.  Penentuan absorbansi dan panjang gelombang max PCT baku murni:
1.  Timbang seksama 100mg PCT murni, masukkan kedalam labu ukur 100 mL, + HCl 0,1 N ad tanda batas
2.  Dari larutan baku induk, pipet 10mL dengan pipet volume, kemudian masukkan kedalam labu ukur 100 ml ad kan dengan HCL 0,1N
3.  Ukur absorbansi larutan tersebut pada spektrofotomerti. Pada λ 235- 255 untuk menentukan λ max
4.  Tetapkan λ max-nya
B.     penentuan kurva kalibrasi PCT baku murni
1.         dari larutan induk baku murni, buat 5 seri larutan dengan konsentrasi berbeda dengan rumus A= a.b.c
2.         pipet dari larutan induk baku murni dengan volume masing-masing konsentrasi, masukkan kedalam labu ukur 100mL + HCl 0,1N ad tanda batas
3.         ukur absorbansi masing-masing larutan pada panjang gelombang yang telah di tetapkan sebelumnya
C.  penentuan kadar sampel PCt
1.         Timbang seksama 100mg sampel, masukkan kedalam beaker gelas, larutkan dengan aquadest ad 100 ml à sebagai larutan sampel induk
2.         Dari larutan sampel induk pipet 2mL kedalam labu ukur tambahkan HCl 0,1N ad 100mL
3.         Ukur absorbansi sampel pada panjang gelombang maksimal, dengan HCL 0,1N sebagai blangko
4.         Hitung kadar PCT sampel
















BAB IV
HASIL dan PEMBAHASAN


IV.1 HASIL
Menurut clark’s (clarkes hal 849), PCT à λ max=245nm; Ao = 668
Syarat absorbansi= 0,15-0,85 = 1mg/l =1 µg/mL
Ao= 0; C= 1% à 1g/100mL = 1.000.000 mg/100mL  = 10.000 µg/mL= 104ppm
A     =a.b.c
668  = a.1.10000
        = 0,0668
* untuk abs 0,15 à 0,15 = 0,0668.1.c
  c = 2,245 ppm ~ 3ppm
* untuk abs 0,85 à 0,85 = 0,0668.1.c
  c = 12,724 ppm ~ 13ppm
Maka, dengan demikian dibuat larutan deret standar dengan rentang konsentrasi 3ppm- 13 ppm
Ø  Membuat pelarut HCL 0,1 N dari sediian 2N
V1.              N1       =  V2. N2
1000mL.     0,1 N   =  V2. 2N
                   V2       =  50 mL
Ø  Larutan Induk PCT = 100mg/1000mg = 1000ppm
di encerkan menjadi 100ppm= pipet 10mL, masukkan ke labu ukur 100mL, adkan dengan HCl 0,1N kemudian buat 5 seri deret baku : 2ppm; 4ppm; 6ppm; 8ppm; 10ppm












Ø  Menentukan λ maksimal dengan menggunakan 6ppm
λ (nm)
Abs (absorbansi)
235
0,341
236
0,344
237
0,348
238
0,351
239
0,332
240
0,337
241
0,340
242
0,341
243
0,355
244
0,357
245
0,353
246
0,348
247
0,341
248
0,334
249
0,324

λ (nm)
Abs (absorbansi)
250
0,316
251
0,287
252
0,284
253
0,282
254
0,271
255
0,241




           

C
Abs
2ppm
0,099
4ppm
0,229
6ppm
0,357
8ppm
0,455
10ppm
0,569
Ø  Absorbansi deret standar dengan λ= 244nm





Nilai          A         = 0,008
B          = 0,0583
r           = 0,9986
C
Abs
I
0,181
II
0,182
III
0,182
Rata-rata
0,1816
Ø Absorbansi sampel  dengan λ= 244nm
           



Ø  Y                     =          a+ bx
0,1816             =  0,008 + 0,0583x
0,0583x                       =   0,1736
           x                       = 2,977 ppm
                         = 0,02977 mg/ mL
Ø  Kadar sampel
Fp = (100 : 2) x 100 = 5000
% kadar           =   x 100%
                  =  x100%    = 14,885 %

IV.2 PEMBAHASAN
Percobaan kali ini adalah menetapkan kadar sampel PCT. Metode yang digunakan adalah spektrofotometri UV-Vis. Setelah di dapat λ max dan membuat kurva kalibrasi PCT, kami pun segera melakukan perbandingan terhadap sampel PCt yang ada untuk mendapat kadar sampel sesungguhnya. Penetapan panjang gelombang maksimal hendaknya harus tepat karena dapat mempengaruhi hasil analisa.



















BAB V
KESIMPULAN dan SARAN

V.1 KESIMPULAN
1.      Absorbansi PCT = 0,357 pada λ max= 244nm
2.      Absorbansi deret standar

C
Abs
2ppm
0,099
4ppm
0,229
6ppm
0,357
8ppm
0,455
10ppm
0,569





3.      Kadar sampel = 14,885 %

V.2 SARAN
*        Untuk praktikum selanjutnya hendaknya dilakukan dengan lebih teliti dan akurat.
*        Pemakaian alat-alat untuk praktikum hendaknya di bilas dahulu dengan aquades atau pun pelarut dari bahan yang akan di uji.
*        Penggunaan APD (alat pelindung diri) seperti jas lab dan masker juga harus di pergunakan karena untuk melindungi praktikan dari zat-zat kimia berbahaya




Tidak ada komentar: